Microsoft menggelontorkan 7,2 miliar dollar AS untuk membeli bisnis ponsel Nokia. Akuisisi tersebut diharapkan dapat membantu menaikkan pangsa pasar global sistem operasi mobileWindows Phone hingga mencapai 15 persen pada 2018.
Namun, apakah Microsoft akan berhenti sampai di situ? Boleh jadi, raksasa software ini sedang merencanakan langkah selanjutnya.
Mengutip sumber-sumber "yang familier dengan persoalan tersebut", Bloomberg melaporkan bahwa Microsoft sedang mengamati BlackBerry. Produsen smartphone asal Kanada itu pada bulan lalu memang telah menyatakan sedang mencari calon pembeli.
Akan tetapi, kalaupun tertarik, Microsoft tidak bisa begitu saja mengakuisisi divisi ponsel BlackBerry.
"Nokia sudah memakai platform Windows dari Microsoft, jadi bisa langsung diintegrasikan," ujar analis Atlantic Equities, James Cordwell, yang dikutip oleh Reuters.
"Siapa pun yang mengakuisisi BlackBerry mungkin lebih tertarik dengan infrastruktur jaringan dan aset paten perusahaan itu dibanding bisnis handset miliknya, jadi mungkin skenario pembeliannya berbeda," tambah Cordwell.
Makin terancam
Fred Ketchen, Direktur Ekuitas ScotiaMcLeod, yang memiliki saham di BlackBerry, mengatakan bahwa akuisisi Microsoft atas Nokia telah meningkatkan spekulasi di pasar bahwa BlackBerry dan aset-aset mobile yang dimilikinya bakal menarik pembeli.
Saham perusahaan ini naik 2,2 persen dalam perdagangan tengah hari di Nasdaq, menyusul pengumuman akuisisi Nokia. Namun, hingga kini masih belum jelas, perusahaan mana yang tertarik dengan aset BlackBerry, kalaupun ada.
Di sisi lain, pembelian Nokia oleh Microsoft membuat tekanan terhadap BlackBerry makin meningkat. "Sumber daya yang disuntikkan Microsoft ke bisnis ini mungkin akan mempersulit BlackBerry," ujar analis teknologi Brian Colello dari Morningstar, yang dikutip oleh New York Times. "Akuisisi itu memberi dampak buruk untuk BlackBerry."
Pemain "kecil"
Dengan membeli Nokia, Microsoft mengikuti langkah Apple dalam hal mengontrol ekosistem hardwaredan software secara end-to-end. Pembelian Motorola oleh Google beberapa waktu lalu disinyalir merupakan upaya menuju arah yang sama.
BlackBerry juga melakukan hal serupa, tetapi sejauh ini kurang berhasil. Kini, dengan bergabungnya Nokia dan Microsoft, serta masih belum jelasnya calon pembeli, Chris Umiatowski dari Crackberrymengatakan bahwa perusahaan itu tidak memiliki pilihan lain kecuali berusaha membuat terobosan besar di bisnis hardware atau "melempar handuk" dan beralih ke segmen software dan layanan.
Minggu lalu, direktur sekaligus anggota komite khusus BlackBerry, Bert Nordberg, mengatakan bahwa BlackBerry bisa selamat dengan beralih menjadi "pemain kecil" yang fokus ke segmen industri yang selama ini menjadi kekuatannya: enterprise dan sekuriti.
"Dalam sejarahnya, BlackBerry selalu punya ambisi besar, tapi raksasa-raksasa seperti Apple, Google, dan Samsung sulit disaingi," ujar Nordberg.